GHINA IBTHAL IMANIAH - 1205210057

 





PENGANTAR MANAJEMEN

DIGITAL BISNIS

(ANALISA GAYA KEPEMIMPINAN)


1.     ANALISA GAYA KEPEMIMPINAN DI PT. WIJAYA MAKMUR SENTOSA

 

PT. Wijaya Makmur Sentosa merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dibidang pendistribusian rokok, rokok yang didistribusikan adalah brand dari Sampoerna. Objek yang digunakan pada penelitian ini adalah PT. Wijaya Makmur Sentosa, sedangkan subjek yang digunakan pada penelitian ini adalah owner dan dua karyawan, terdiri dari satu supervisor dan satu karyawan senior.

A.    Gaya Kepemimpinan Kharismatik

Terdapat 5 karakteristik, yakni :

·         Visi dan Artikulasi Pemimpin

·         Rasio Personal

·         Peka terhadap Lingkungan

·         Kepekaan terhadap Kebutuhan Pengikut

·         Perilaku tidak Konvensional

 

B.      Gaya Kepemimpinan Transaksional

 

Menurut Yukl, Gary (2010, p. 312) kepemimpinan transaksional adalah sebuah pertukaran imbalan-imbalan untuk mendapatkan kepatuhan. Sedangkan Robbins dan Judge mengatakan (2007, p. 387) pemimpin transaksional adalah pemimpin yang memadukan atau memotivasi pengikut mereka dalam arah tujuan yang ditegakkan dengan memperjelas peran dan tuntutan tugas. Terdapat 4 karakteristik dari pemimpin transaksional, yaitu:

·         Imbalan Kontingen

·         Manajemen berdasar Pengecualian Aktif

·         Manajemen berdasar Pengecualian Pasif

·         Kendali Bebas (Laissez Faire)

 

C.      Gaya Kepemimpinan Transformasional

Kepemimpinan transformasional adalah suatu keadaan dimana para pengikut merasa adanya kepercayaan, kekaguman, kesetiaan dan hormat terhadap pemimpin tersebut. Mereka termotivasi untuk melakukan lebih dari pada awalnya yang diharapkan, Yukl, Gary (2010, p. 303). Kepemimpinan trasnformasional sebagai proses para pemimpin dan pengikut saling menaikkan diri ke tingkat moralitas dan motivasi yang lebih tinggi. Ahli lain berpendapat bahwa kepemimpinan transformasional adalaah pemimpin yang memberikan pertimbangan dan rangsangan intelektual yang diindividukan dan memiliki kharisma, Robbins dan Judge (2007, p. 387).

Karakteristik dari pemimpin transformsional adalah :

o   Pengaruh Ideal

o   Inspirasi

o   Stimulasi Intelektual

o   Pertimbangan Individual

 

D.     Gaya Kepemimpinan Visioner

Kemauan untuk menciptakan mengartikulasikan visi yang realistis, kredibel dan menarik mengenai masa depan organisasi. Visi ini jika diseleksi dan diimplementasikan secara tepat, mempunyai kekuatan besar sehingga bisa mengakibatkan kesuksesan dari sebuah organisasi yang tentunya harus ditunjang dengan ketrampilan, bakat dan sumber daya untuk mewujudkannya.

Karakteristik dari gaya kepemimpinan ini, yaitu :

o   Visi yang Realistis

o   Visi yang Kredibel

o   Visi yang Menarik mengenai Masa Depan Organisasi

v  Kesimpulan:

·         Dari hasil penelitian yang telah dilakukan penulis, maka dapat disimpulkan bahwa gaya kepemimpinan di PT. Wijaya Makmur Sentosa ini tidak hanya menganut satu gaya kepemimpinan saja. Tetapi menganut tiga macam gaya kepemimpinan, yaitu Gaya Kepemimpinan Kharismatik, Gaya Kepemimpinan Transaksional dan Gaya Kepemimpinan Transformasional. Tetapi dari tiga macam gaya kepemimpinan ini, ada satu gaya kepemimpinan yang paling menonjol, yaitu Gaya Kepemimpinan Transaksional. PT. Wijaya Makmur Sentosa belum melakukan Gaya Kepemimpinan Visioner.


2.     GAYA KEPEMIMPINAN BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO)

 

BNI memiliki budaya kerja yang disebut dengan PRINSIP 46, yang merupakan tuntunan perilaku insan BNI, yang terdiri dari 4 (empat) Nilai Budaya Kerja, yaitu Profesionalisme, Integritas, Orientasi Pelanggan, dan Perbaikan Tiada Henti.Enam nilai perilaku utama yang harus dimiliki insan BNI yaitu :

·         Meningkatkan kompetensi dan memberikan hasil terbaik

·         Jujur, tulus, dan ikhlas

·         Disiplin, konsiten dan bertanggung jawab

·         Memberikan layanan terbaik melalui kemitraan yang sinergis

·         Senantiasa melakukan penyempurnaan

·         Kreatif dan inovatif

 

1.  Gaya Kepemimpinan

Di Kantor BNI, ditemukan para pegawai yang melaksanakan tugas dan kegiatan kerja diberi petunjuk dari pimpinan sesuai dengan pengaturan personalia di bagian-bagian yang memperhitungkan bobot kerja, target dan tujuan perusahaan. Sudah barang tentu disiplin kerja harus diterapkan dengan sungguh-sungguh dari pimpinan. Kegiatan ini mendorong semangat kerja dari karyawan karena pemimpin juga bersedia menerima masukan dari para karyawan. Pemimpin berkonsultasi dengan pegawai mengenai masalah yang menarik perhatian mereka tentang nasabah dan dimana mereka dapat menyumbangkan sesuatu ide demi memuaskan nasabah. Komunikasi berjalan dengan lancar dari pegawai dengan pimpinan, baik pujian atau kritik bahkan reward and punishment diberlakukan.

Tanggungjawab dalam membuat keputusan masih tetap ada pada pemimpin, namun pegawai ikut serta dalam diskusi penetapan saran dan pemecahan masalah. Keikutsertaan pegawai dan pimpinan mendorong komitmen pada keputusan akhir. Locke (1997), mengkategorikan 3 elemen kepemimpinan sebagai proses membujuk (inducing) orang-orang lain untuk mengambil langkah menuju suatu sasaran bersama, yaitu:
 (1) kepemimpinan merupakan suatu konsep relasi,
 (2) kepemimpinan merupakan suatu proses,
(3) kepemimpinan harus membujuk orang-orang lain untuk mengambil tindakan.

 


Seperti diketahui BNI memiliki budaya kerja yang disebut dengan PRINSIP 46, yang merupakan tuntunan perilaku insan BNI, yang terdiri dari 4 (empat) Nilai Budaya Kerja, yaitu Profesionalisme, Integritas, Orientasi Pelanggan, dan Perbaikan Tiada Henti.Enam nilai perilaku utama yang harus dimiliki insan BNI yaitu  

 

·      meningkatkan kompetensi dan memberikan hasil terbaik

·         jujur, tulus, dan ikhlas,

·         disiplin, konsiten dan bertanggung jawab,

·         memberikan layanan terbaik melalui kemitraan yang sinergis,

·         senantiasa melakukan penyempurnaan,

·         kreatif dan inovatif.

Menurut Wahjosumidjo (1992) kepemimpinan diperlukan dalam semua organisasi untuk mempengaruhi individu atau kelompok sehingga melakukan

 

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

Kepemimpinan yang diterapkan di Kantor Bank BNI menekankan pada gaya partisipatif. Pemimpin dan anggota saling berkonsultasi dalam mengambil keputusan terkait dengan keadaan         nasabah.


3.  ANALISIS GAYA KEPEMIMPINAN DAN NILAI KEPEMIMPINAN          DIREKTUR PT MEDIA RAJAWALI INDONESIA
 


PT Media Rajawali Indonesia terdapat fenomena penerapan nilai-nilai kepemimpinan dan gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh direktur pada PT Media Rajawali Indonesia. Berdasarkan hasil observasi peneliti yang bekerja se- bagai “part timer” di PT Media Rajawali Indonesia, peneliti menemukan fenomena di mana direktur PT Media Rajawali Indonesia selalu melakukan meeting bersama para karyawannya setiap minggu minimal satu kali, kemudian membahas visi, misi, dan nilai-nilai kepemimpinan yang harus diterapkan oleh para karyawannya dalam bekerja, seperti integritas, setiap karyawan harus memiliki kesabaran dalam memecahkan masalah untuk mengurangi konflik yang terjadi antar karyawan.Beberapa karyawan berhasil menangkap nilai yang diajarkan oleh direktur PT Media Rajawali dan beberapa karyawan kurang menangkap
nilai-nilai kepemimpinan yang diterapkan. Nilai-nilai tersebutlah yang mengakar yang menjadi kebiasaan bekerja atau biasa disebut karakteristik cara bekerja setiap karyawannya.
Direktur dari PT Media Rajawali Indonesia menerapkan nilai- nilai kepemimpinannya melalui setiap keputusan yang diambil dan “problem solving” yang diterapkan dalam setiap keputusannya. Direktur PT Media Rajawali Indonesia mene- rapkan gaya kepemimpinannya tersendiri yang menjadi salah satu faktor kunci berjalannya operasi perusahaan tersebut hingga hari ini. Ada beberapa karyawan yang cocok dengan gaya kepemimpinannya dan terkadang ada beberapa karyawan yang merasa gaya kepemimpinan direkturnya kurang cocok untuk diterapkan di perusahaan tersebut sehubungan dengan berjalannya dan masa depan perusahaan.
Hal tersebut yang membuat peneliti tertarik untuk meneliti nilai-nilai kepemimpinan dan gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh direktur PT Media Rajawali Indonesia

Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan merupakan kombinasi dari karakteristik, kemampuan dan perilaku yang dilakukan seorang manajer untuk berinteraksi dengan karyawannya (Lussier, 2006).
Secara umum, dapat dikatakan gaya kepemimpinan dapat meningkatkan pembelajaran organisasi dan membuka jalan untuk pencapaian tujuan organisasi (Golmoradi & Ardabili, 2016). Seorang pemimpin dari sebuah organisasi dapat meningkatkan pembelajaran organisasi dan“social capital”dari karyawan melalui mengadopsi gaya kepemimpinan yang berbeda dan meningkatkan kepercayaan diri, inovasi dan stimulasi mental dalam kelompoknya (Golmoradi & Ardabili, 2016).


Menurut Peter (2013) terdapat tujuh gaya kepemimpinan:
1.               Gaya kepemimpinan situasional
2.               Gaya kepemimpinan kontingensi
3.               Gaya kepemimpinan transformasional
4.               Gaya kepemimpinan transaksional
5.               Gaya kepemimpinan yang melayani
6.               Gaya kepemimpinan autentik
7.               Gaya kepemimpinan tim


Kesimpulan
Gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh Vesy Ongady selaku direktur pada PT Media Rajawali Indonesia didominasi oleh gaya kepemimpinan transformasional, hal tersebut dibuktikan oleh cara pendelegasian wewenang, pengambilan ke- putusan, keterbukaan informasi, dan respon terhadap kesalahan. Namun demikian ada juga sebagian kecil dari indikator yang tetapkan peneliti, Vesy Ongady menerapkan gaya kepemimpinan autentik yang dibuktikan dengan cara beliau dalam membangun hubungan dengan karyawan serta asumsi beliau terhadap hubungannya kepada karyawannya. Sekalipun secara struktur merupakan atasan bagi karyawannya tetapi dalam membangun hubungan kepada karyawannya beliau berlaku sebagaimana pribadi beliau diluar jabatan dan struktur. Beliau membangun hubungan dengan segenap hati dan membangun relasi bahkan hingga kepada keluarga dari beberapa karyawan beliau. Tetapi dalam hal respon terhadap keluhan beliau menerapkan gaya kepemimpinan situasional. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa direktur PT Media Rajawali Indonesia menerapkan gaya kepemimpinan transformasional, gaya kepemimpinan situasional, dan juga gaya kepemimpinan autentik yang didominasi oleh gaya kepemimpinan transformasional.


3. ANALISA GAYA KEPEMIMPINAN EKSPATRIAT KOREA SELATAN DALAM MEMIMPIN PERUSAHAAN DI INDONESIA

 

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis gaya kepemimpinan ekspatriat Korea Selatan di perusahaan-perusahaan terkemuka di Indonesia, dengan dimensi gaya kepemimpinan gaya kepemimpinan ekspatriat Korea Selatan terhadap otokrasi dan kepemimpinan paternalistik. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif, adapun hasil penelitian ini adalah bahwa gaya kepemimpinan ekspatriat Korea Selatan lebih dominan dalam gaya kepemimpinan otokratis, yaitu Korea Selatan. Gaya kepemimpinan ekspatriat lebih banyak direferensikan oleh indikator dalam memberikan kebijakan kepemimpinan dengan instruksi yang jelas dan tegas, dan gaya kepemimpinan paternalistik ekspatriat Korea Selatan lebih banyak dipahami indikator memberikan panduan, di mana exaptriat Korea Selatan selalu memberikan arahan dalam menyelesaikan pekerjaan. 

 

METODE PENELITIAN

Dalam memimpin perusahaan, gaya kepemimpinan yang dilakukan oleh para manajer Korea Selatan pada umumnya adalah otoriter dan paternalistik. Perusahaan dianggap sebagai perpanjangan dari keluarga, dimana hubungan yang dilakukan di dalam organisasi adalah sama dengan dengan di dalam sebuah keluarga (Chang dan Chang, 1994).

Dalam menjalankan kepemimpinan di dalam perusahaan, manager Korea Selatan banyak sekali menerapkan otoritas tradisional. Prinsip tradisional merupakan sikap eksklusif dan sentralisasi kekuasaan yang juga menimbulkan dampak yang besar terhadap struktur kekuasaan dalam berbagai perusahaan bisnis Korea Selatan. Gaya kepemimpinan Korea Selatan otoriter di dalam tatanan hirarki dan paternalistik, dimana musyawarah mufakat merupakan elemen penting dalam menjaga keharmonisan dan gaya manajemen Korea Selatan tidak menarik garis yang jelas antara kehidupan kerja dan pribadi (Yang, 2006).

 

METODE PENELITIAN

Sampel dan Analisa Data

Penelitian ini dilakukan pada karyawan yang bekerja diperusahaan Korea Selatan dimana jumlah sampel dalam penelitian ini karyawan laki-laki dengan jumlah sebanyak 176 orang (76.9%) dan wanita 53 orang (23.1%). Tingkat

pendidikan pendidikan SLTA 197 orang (86%) dan 32 orang (14%) lulusan diploma dan sarjana.

Metode dalam penelitian ini adalah kuantitatif, data yang masuk sesuai dengan kreteria akan dianalisa dengan menggunakan SEM dengan bantuan program AMOS 20.0. Menurut Bahri dan Zamzam (2014), keunggulan analisa statistik menggunakan SEM-Amos dibandingkan dengan regresi berganda ialah memungkinkan adanya asumsi-asumsi yang lebih fleksibel, penggunaan confirmatory factor analysis dapat mengurangi kesalahan pengukuran, daya tarik interface pemodelan grafik memudahkan pengguna membaca hasil analisis, kemungkinan adanya pengujian model secara keseluruhan, kemampuan untuk menguji model menggunakan variabel tergantung, kemampuan untuk membuat model terhadap variabel perantara, kemampuan untuk membuat model gangguan kesalahan (error term), kemampuan menguji koefisien diluar antara beberapa kelompok subyek, dan kemampuan mengatasi data yang sulit, seperti data time series dengan kesalahan otokorelasi dan data yang tidak normal.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan :

1.         Gaya kepemimpinan ekspatriat Korea Selatan lebih dominan pada gaya kepemimpinan otokratis.

2.         Gaya kepemimpinan otokratis ekspatriat Korea Selatan lebih direflesikan dengan kebijakan yang dibuat pimpinan selalu disertai dengan intruksi yang jelas dan tegas.

3.         Gaya kepemimpinan paternalistik ekspatriat Korea Selatan lebih direflesikan dengan dalam memberi bimbingan, dimana eksaptriat Korea Selatan selalu memberikan pengarahan dalam menyelesaikan pekerjaan


4.    ANALISIS GAYA KEPEMIMPINAN DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI KERJA PEGAWAI PADA DINAS PEKERJAAN UMUM KOTA KENDARI 

Seorang Kepala Dinas selaku pemimpin, khususnya pada Dinas Pekerjaan Umum Kota Kendari dalam memberikan motivasi kerja kepada para pegawai, seorang Kepala Dinas akan menunjukkan kecenderungan perilaku kepemimpinan atau penerapan gaya kepemimpinan tertentu, seperti menggunakan gaya kepemimpinan bebas, otokratis, birokratis dan demokratis. Hal ini dapat dilihat pada berbagai perilaku seorang Kepala Dinas dalam menjalankan pemerintahan sehari-hari.

 

 

 

GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA DINAS PEKERJAAN UMUM KOTA KENDARI

 

·         Gaya Kepemimpinan Bebas

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kota Kendari kurang memberikan keleluasaan kepada para pegawai untuk berbuat menurut keinginan masing-masing. Seluruh pegawai harus bertindak berdasarkan pada tugas pokok dan fungsi masing-masing dengan berdasarkan pada mekanisme maupun prosedur yang berlaku. Selanjutnya hasil wawancara juga menunjukan bahwa Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kota Kendari tidak mengikuti segala kemauan atau keinginan para pegawai. Kemauan bawahan yang akan diikuti adalah dalam hubungannya dengan menciptakan sebuah solusi terhadap suatu persoalan yang dihadapi, dimana proses pengambilan keputusannya dilakukan bersama-sama. Hal ini bertentangan dengan gaya kepemimpinan bebas. Indikator kedua yang digunakan dalam menganalisis gaya kepemimpinan bebas Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kota Kendari dalam realitasnya Kepala Dinas tidak mengikuti segala kemauan bawahan. Hal ini merupakan wujud sikap ketegasan dari Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kota Kendari dalam menjalankan aktivitas organisasi.

 

·         Gaya Kepemimpinan Otokratis

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kota Kendari pemimpin mau menerima kritik, saran dan pendapat. Hal ini tentunya bertentangan dengan konsep gaya kepemimpinan otokratis, dimana pimpinan tidak mau menerima kritik, saran dan pendapat. Di dalam menjalankan roda organisasi Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kota Kendari memberikan kesempatan kepada seluruh pegawai untuk memberikan kritik, saran maupun pendapat. Khususnya dalam proses pengambilan keputusan atas suatu persoalan yang dihadapi.

 

·         Gaya Kepemimpinan Birokratis

Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kota Kendari senantiasa menekankan kepada pegawai untuk memiliki tingkat kedisiplinan, tetapi dalam kenyataannya masih banyak pegawai yang memiliki kedisiplinan rendah yang dapat mempengaruhi efektivitas dan efisiensi organisasi. Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kota Kendari memberikan pekerjaan sebagai tanggung jawab utama kepada pegawai berdasarkan pada kemampuan maupun spesialisasi kerja yang dimiliki. Dan Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kota Kendari memperhatikan partisipasi bawahan, khususnya partisipasi dalam proses pengambilan keputusan terhadap berbagai persoalan yang terjadi baik di dalam maupun di luar organisasi, khususnya yang berhubungan dengan persoalan teknis pelaksanaan proyek di lapangan.

 

·         Gaya Kepemimpinan Demokratis

Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kota Kendari memberikan pekerjaan kepada pegawai secara adil dan merata berdasarkan pada kemampuan dan keahlian masing-masing. Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kota Kendari menggunakan kerja sama dan diskusi tim dalam membahas kerja dan pengambilan keputusan.

 

 

 

KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan adalah sebagai berikut :

Gaya kepemimpinan dominan yang diterapkan oleh Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kota Kendari adalah gaya kepemimpinan demokratis. Seluruh informan menyatakan bahwa Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kota Kendari membagi tugas pada bawahan secara adil dan merata, serta Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kota Kendari menggunakan kerja sama dan diskusi tim dalam membahas kerja dan pengambilan keputusan, hal ini sesuai dengan indikator gaya kepemimpinan demokratis. Sedangkan gaya kepemimpinan yang lain terdapat beberapa indikator yang tidak terpenuhi.

Gaya kepemimpinan demokratis yang diterapkan oleh Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kota Kendari belum sepenuhnya meningkatkan motivasi kerja pegawai. Hal ini berdasarkan pada hasil analisis dan wawancara pada masing-masing indikator. Seperti; masih kurangnya beberapa fasilitas/sarana kantor dan di lapangan pada sub variabel perhatian pimpinan pada lingkungan kerja pegawai; masih kurangnya pegawai yang mengikuti Diklat Struktural, jenjang pendidikan pada sub variabel memberikan kesempatan untuk maju.


5.   ANALISIS KEPEMIMPINAN PEMERINTAHAN


Indonesia adalah salah satu negara yang menganut sistem politik desentralisasi, daerah memiliki kewenangan membuat kebijakan daerah untuk memberikan pelayanan, peningkatan partisipasi, kegiatan dalam hal pemberdayaan masyarakat yang bertujuan pada peningkatan kesejahteraan rakyat. Melalui Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Pemerintah kabupaten ataupun pemerintah kota diberi wewenang untuk mengatur urusan daerahnya sendiri kecuali pertahanan keamanan, peradilan, luar negeri, agama, keuangan, dan bidang tertentu lainya. Oleh karena itu, pemerintah daerah dan masyarakat di daerah lebih diberdayakan. Dilihat dari sisi pemerintahan sebagi suatu organisasi maka kedudukan pemimpin pemerintahan sangat strategis, sangat penting jika Kepala Daerah pemerintahan menguasai ilmu kepemimpinan. Ilmu Kepemimpinan secara umum menunjukkan bahwa salah satu hal penting yang harus dimiliki oleh Kepala Daerah adalah adanya inisiatif dan inovatif untuk mengatur penyelenggaraan urusan rumah tangganya.

·         Gaya Kepemimpinan

Bupati Triyono Budi Sasongko meruapakan sosok pemimpin yang meggunakan gaya campuran antar gaya kepemimpinan primal dengan gaya kepemimpinan transformasional. Hal tersebut dapat terlihat dari sering nya Bupati Triyono mendengar aspirasi masyarakat, turun langsug bawahan, ikut perkumpulan dan pertemuan kelompok masyarakat. Bupati Triyono juga merupakan sosok yang tidak henti-hentinya memberikan semangat pembangunan Purbalingga kepada semua pihak. Strategi terkait visi-misi yang bukan berfokus pada pembangunan masyarakat melainkan “masyarakat membangun” nyatanya mampu dipraktekan dengan baik, berangsur-angsur hal tersebut menjadi spirit pembanguan yang mampu meningkatkan partisipasi publik di Kabupaten Purbalingga.

 

·         Kemampuan Personal Pemimpin

Faktor pendorong internal lainya adalah kemampuan yang dimiliki oleh pemimpin, hasil penelitian menemukan ada enam kemampuan personal yang dimiliki oleh Bupati Triyono Budi Sasongko sehingga mampu mendorong efektivitas kepemimpinanan pemerntahan, yaitu:

·         Manajerial Pemimpin (Supervisory Ability)

Kemampuan Bupati Triyono Budi Sasongko dalam menjalankan fungsi manajerial tergambar dari rencana serta pelaksanaan strategi kebijakan pembangunan Kabupaten Purbalingga.

·         Akuntabilitas Pemimpin

Bupati Triyono Budi Sasongko yang berorientasi pada pencapaian serta prestasi peningkatan kerja menjadikan strategi kebijakan Kabupaten Purbalingga yang telah direncanakan mampu dilaksanakan. Sosok pemimpin yang terobsesi akan perubahan ini yang mendorong terciptanya efektivitas kepemimpinan di Kabupaten Purbalingga.

·         Intelektual dan Kreatifitas Pemimpin

Bupati Triyono Budi Sasongko dipandang sebagai sosok yang cerdas terkait dengan pengembangan ide-ide. Artinya, kecerdasan dan kreativitas dinilai sebagai dasar dalam melihat peluang-peluang, masalah-masalah, sehingga tercipta program-program pembangunan yang berdampak besar bagi daerah.

·         Percaya diri (Kemampuan Politik) Pemimpin

Kemampuan Bupati Triyono dalam bidang politik dan pemerintahan dapat ditelusuri dari latar belakang sebelum menjadi Bupati Purbalingga. Kemampuan yang didukung dari latar belakang pekerjaanya sebelum menjadi Bupati Purbalingga, ternyata menjadikan sosok Bupati Triyono Budi Sasongko memiliki kemampuan yang baik dalam bidang managemen startegis pembangunan daerah

·         Ketegasan (Decision Making) Pemimpin

Sosok Bupati Triyono Budi Sasongko adalah sosok pemimpin yang tegas, mematuhi peraturan, menjalankan hukum dengan baik. Ketegasan tersebut yang menjadi salah satu faktor penunjang kesuksesan saat menjabat sebagai bupati.

 ·         Inisiatif dan Inovatif Pemimpin

Pemikiran-pemikiran cemerlang dari Bupati Triyono Budi Sasongko menjadikanya dianggap sebagai bupati yang mampu melihat permasalahan yang dihadapi oleh pemerintah, mampu melihat peluang, serta mampu menciptakan trobosan-trobosan kebijakan yang sangat inovatif. Maka dari itu, banyak dari berbagai sumber media menjuluki Bupati Triyono Budi Sasongko sebagai “Bupati Sejuta Ide”

a

Simpulan

Setelah penelitian tersebut dilakukan, maka menemukan bebrapa kesempulan diantaranya sebagai berikut:

·         Cara memimpin pemerintahan yang dilakuakn oleh Bupati Triyono Budi Sasongko di Kabupaten Purbalingga mengemukakan istilah baru yakni pemimpin yang “membumi”, hal tersebut berdasarkan dari berbagai penilaian yang diuraikan dari berbagai pihak di Purbalingga.

·         Gaya kepmimpinan yang digunakan oleh Bupati Triyono Budi Sasongko dalam memimpin Kabupaten Purbalingga periode 2000-2010 menggunakan gaya kepemimpinan Campuran. Gaya kepemimpinan campuran tersebut terdiri dari gaya kepemimpinan primal dan gaya kepemimpinan transformasional

 

  


 

















Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ghina Ibtihal Imaniah - 1205210057